D A Y D R E A M

Okee, hari ini aku menyempatkan diri dulu posting sesuatu yang kujanjikan ke banyak orang. Padahal aku pengennya tidur lagi berhubung kuliah hari ini kejar tayang bangettt (hiks, curhat). Lanjut deh, kita bahas bagaimana rasanya jadi anak MIPA.

Yuhuuy! Liburan sudah berakhir dari 3 hari yang lalu. Aku sudah kembali pada kenyataan lagi dan mengisi hari-hari dengan sangat produktif. Termasuk hari ini. Sebenarnya aku pengen memposting gambaran kehidupannya anak MIPA, yang sebenarnya pula sudah selesai kuketik duluan di draft namun belum diedit lagi. Mungkin minggu ini kita intermezo yang berfaedah sedikit di dalam bidang scientist. Keep reading.

Kali ini bakal review pemilik tulisan yang sama dengan sebelumnya, Tere Liye. Gak setebal yang sebelumnya namun menurutku ini cukup tebal juga. Aku juga gak ada gambaran bakal seperti apa isi cerita kali ini, lebih dari sebelumnya. Soalnya kalo yang sebelumnya kan ada gambaran dari potongan cerita di cover belakang. Kali ini di cover belakangnya malah singkat banget. Namun kejadian yang agak lucu adalah saat kakakku yang lihat cover dan judulnya tiba-tiba bilang, “eh ini cerita horor ya?”

Posisinya disini sebenarnya aku udah di tahun kedua jadi mahasiswi, udah agak agak aneh kalo bahas ulang tentang masa sekolah. Jadi disini aku cuma mau menyampaikan poin-poin penting dari masa-masa sekolah. Buat siapapun yang merasa mungkin ini berguna untuk cara mendidik anak baik itu saat jadi seorang guru, dosen ataupun anak sendiri (ortu), soalnya ada yang bilang gak pernah ada kata terlalu cepat untuk memikirkan masa depan, termasuk tentang cara mendidik anak yang gak tau kapan akan dimiliki. Btw, yang udah lihat judul ada sebut korea korea dan kalian anti korea, jangan mundur dulu ya. Aku gak bakal mentok mentok cerita korea kok. Isinya lebih dari banyak hal tentang dunia anak sekolah seperti senioritas, bullying dan pergaulan. Yah yang semacam itu tapi dari pengalaman dan pengamatanku dari dunia perfilman.  

Sebelum kita masuk ke postingan review buku pertama, ada beberapa hal yang kulupakan di postingan coming soon jadi akan langsung kusampaikan disini. Berhubung aku tidak akan mereview secara "baik-baik", aku akan mereview menggunakan bahasaku sendiri tanpa mengurangi apa yang ingin direview, insyaa Allah.

Kalian pernah ngerasain gak sih kalo libur panjang terus gak liburan kemana mana jadi punya banyak ‘me time’? Seperti aku sekarang ini. Kalian bisa menyadari gimana aku mendadak rajin update post terbaru selama liburan dan ngilang selama masa kuliah. Yep, akhirnya aku benar-benar punya ‘me time’ yang kelewat panjang malah. Sehingga aku punya waktu untuk merenungi banyak hal. Terutama apa yang udah aku dapetin selama jadi mahasiswa. Apalagi sekarang udah gak bisa bergantung semua mua ke orang tua. Harus mandiri.

Halo! Bonjour! Geodendag! Guten tag! Hayo hayoo yang gak tau bahasa apa aja yang barusan kugunakan bisa nih mampir ke Google Translate. Biar sama lah usaha ingin tahunya kayak aku demi nulis disini, hehe. Kali ini kita lanjut dengan menggunakan 'aku-kamu' biar gak formal banget sesuai saran sebelumnya. Makasih banget untuk semua orang yang mau menyisihkan waktunya untuk membaca serta memberikan saran. Oke, tujuan postingan kali ini agak berbeda dengan dari biasanya ni. Soalnya aku sedang bersiap memulai kegiatan baru untuk label yang baru dan khusus yaitu review buku. Jadi label yang ini lebih ditujukan kepada book lovers yang pengen beli atau membaca buku baru tapi butuh review dulu.

Kelamaan libur.  Kelamaan bengong.  Kebanyakan nonton.  Kebanyakan buang buang uang dan waktu. Sampe sampe saya lupa tadinya mau ngomongin apa. Mana tau waktunya lebih kepake positif disini meski bakal pegel ngetik dan pembaca pegel ngescroll. Random aja kali ceritanya ya. Oke, jadi sedikit cerita, tadi saya baru aja menjelajahi waktu. Gak susah nyari doraemon dengan mesin waktunya kok. Cukup buka sosial media yang udah lama gak dibuka. Selama ini kan saya cuma bukain Instagram dan Blog. Gak ingat lagi kapan terakhir kali log in yang namanya AskFm dan Twitter apalagi Facebook.

Akhir-akhir ini saya lagi mumet . Ternyata liburan tanpa tujuan dan list to do  bener-bener boring dan membuat liburan saya jadi kayak 'gak banget'. Jadilah kali ini saya akan menceritakan segala hal yang sudah bikin mumet itu biar termuntahkan lewat jalur yang lebih positif dan membiarkan pikiran saya lebih tenang. Let me tell you. Ini adalah curcol tentang perasaan anak rantau ala saya. Mungkin bakal ada tips buat yang masih suka homesick meski udah jadi anak rantau tahun kedua ketiga dst (emang ada ya akut banget gitu? Yah, who knows). Tapi ini lebih dikhususkan buat orang-orang yang punya masalah tidak bisa pulang seperti saya.

Jauuh dari beberapa saat yang lalu ada, seseorang request cerita tentang onze. Jujur saya sampe gak ingat lagi siapa yang request ini. Buat para sider pasti udah pada pernah baca post di blog yang sudah saya musnahkan, tentang onze. Atau bahkan sekalian tentang evil? Oke, mari bahas satu per satu.

" Kata-kata lo itu hidup! " " Kata-kata lo itu makanan! " Udah jelas lah ya kalo yang ngomongnya make "lo gue" bukan gue-eh-saya maksudnya ding. Tapi Wirda Mansur. Lengkapnya lagi Wirda Salamah Ulya Mansur. Yep. Saya akhirnya 'jumpa' langsung sama Wirda.