Rasanya Jadi Anak Ilmu Murni.. part 1
Okee, hari ini aku menyempatkan diri dulu posting sesuatu yang
kujanjikan ke banyak orang. Padahal aku pengennya tidur lagi berhubung kuliah
hari ini kejar tayang bangettt (hiks, curhat). Lanjut deh, kita bahas bagaimana
rasanya jadi anak MIPA.
Biasanya orang-orang berpikiran, hidup anak MIPA itu cuma kuliah-lab kuliah-lab. Mereka juga taunya anak MIPA itu sibuk sama laporan.
Sebenarnya persepsi itu gak salah, tapi juga gak sepenuhnya benar.
Nah, tulisan kali ini diperuntukkan orang-orang yang ingin tau
seperti apa kehidupan kampus anak MIPA dan apa yang dipelajarinya. Terkhusus di Unsyiah. Berhubung
tulisan kali ini akan jadi lumayan panjang, atau bahkan emang beneran panjang
jadi bacalah hanya jika kalian
benar-benar penasaran. Aku sengaja membagi pengalaman anak MIPA menjadi
part 1 dan part 2. Karena buat cerita yang khusus jurusan aku di bio itu bisa
jadi part tersendiri saking panjangnya. Kalo kamu baca ini sebagai orang awam
yang pengin tau aja, baca sampe abis ya. Jangan ada kesalahpahaman di antara
kita, hmm.
Tulisan ini diperoleh dari pengalamanku, mahasiswa FMIPA
Universitas Syiah Kuala jurusan Biologi yang saat ini baru akan memasuki tahun
kedua semester 3. Untuk informasi lebih banyak kalian harus tau kalau kami
punya beberapa jurusan untuk S1 untuk Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Farmasi,
Informatika, dan Statistika. Lalu D3 untuk Manajemen Informatika (di bawah
naungan Informatika) dan Teknik Elektronika (di bawah naungan Fisika).
Fyi dulunya ada banyak banget jurusan di bawah naungan FMIPA. Ini
info yang pernah sekilas disampaikan sama dekan sih. Tapi sekarang udah pada
berpencar yang jadi fakultas sendiri seperti FKP (Fakultas Kelautan dan
Perikanan) dan ada juga yang bergabung ke fakultas lain seperti Teknik Geofisika
dan Teknik Geologi yang gabung ke Fakultas Teknik. Yah, basicnya ilmu murni
tapi mereka tetap teknik toh.
Pertama kalinya aku jadi anak MIPA, semua kenalan, semua kakak
kelas, semua dosen terutama dosen wali, semua muanya yang aku jumpai pada
bilang, “siap-siaplah dengan laporan yang banyak”. “Jaga kesehatan”. “Atur
waktu yang baik”. De el el dengan maksud yang sama supaya gak kesulitan selama
jadi mahasiswa yang bakalan ngabisin waktu di laboratorium (lab).
Sebulan pertama masuk, aku masih antara sadar dan gak sadar kalau
aku tu udah punya embel-embel ‘mahasiswa’ dan di MIPA, pula. Plus lagi, aku
berada di jurusan yang dimiliki oleh salah satu guru di SMA aku. Beliau juga lulusan
dari universitas yang sama.
Sedikit kilas balik buat yang udah pernah baca curhatan aku ketika
pertama kali lulus, kalian udah tau dong ya kalo sebenarnya pilihan MIPA itu
nyaris gak pernah terpikir sama aku. Nah, salah satu alasan kenapa aku berpikir
gak bakalan pernah milih MIPA adalah karena guru ini. Beliau selalu bilang, kalau bisa kalian gak usah masuk ke jurusan
saya. Gak usah milih MIPA. Gitu gitu deh. Intinya beliau gak menyetujui
muridnya itu ngambil MIPA tapi gak pernah ngejelasin dengan detail kenapa
tepatnya gak usah.
Balik lagi nih ke topik, dengan ‘berbekal nasihat’ dari segala
arah tersebut, aku makin dag dig dug aja sama yang namanya masuk lab. Di
SMA aku, masuk lab itu biasa aja.
Kamu harus bawa semua bahan yang diperintahkan untuk dibawa, tapi
gak berarti kamu akan dikeluarkan kalau gak lengkap bawa bahan.
Kamu kumpul laporan seperti kumpul tugas.
Kamu bisa main main di lab kayak kamu becanda di kelas.
Kamu hanya punya seorang pengawas, yaitu guru mata pelajaran
tersebut.
Kamu gak harus menguasai teori yang akan dipraktikumkan karena
semuanya akan mulai dijelaskan ketika kamu bekerja di lab.
Everything seems so easy there but it can’t work while you’re in
the university.
Biar lebih ‘dapet’ poin pentingnya, kalian harus tau ada dua hal
penting yang umum di MIPA. Berhubung udah tersinggung duluan tentang lab karena
ini pembahasan paling “seru”, mari kita bahas si doi dulu.
Di FMIPA USK, semua maba S1-nya dapat mata kuliah yang sama di semester
1. Mau kamu jurusan informatika, statistika, matematika atau apapun itu, sama.
Begitu pun dengan lab yang wajib kamu ambil. Biasanya ada 3 lab dasar yang wajib di
semester 1. Kenapa penting banget si doi ini? Karena nilai kelas teori kamu itu
cuma sekian persen. Sisanya ada di lab. Dan di lab juga punya penilaian
sendiri.
Yang paling umum tuh kalau kamu liat 3 SKS buat mata kuliah anak
MIPA, itu umumnya terbagi dua. 2 SKS untuk kelas teori dan 1 SKS untuk lab.
Meski gak menutup kemungkinan ada yang 2 SKS dan 4 SKS tapi masih ada lab di
dalamnya.
Kalo kamu gak ngerti karena kamu masih maba, dont worry guys. Aku
bahkan gak tau sistem kerja si SKS ini meski semua orang udah kepo ingin tahu
guna dan cara kerjanya dari SMA, sampe aku menjalani kuliah itu sendiri. Haha!
Saran banget, buat yang gak suka teori, kuatin di praktik alias
lab. Yang gak suka praktik, kuatin di teori. Tapi lebih baik lagi kalau kamu
mau berusaha optimal di keduanya, gak berat sebelah. Soalnya kamu gak bakalan
tau nilai dari kelas mana yang bikin nilai kamu terselamatkan. Gak suka dua
dua? Bhay aja dah.
Nah persyaratan sebelum masuk lab itu banyak banget tiket masuknya.
Lab fisika dasar misalnya, setiap orang wajib punya log book. Nah log book itu
isinya ringkasan teori tentang percobaan yang akan dipraktikumkan hari itu dan
biasanya sih nilai maksimum yang bisa didapat disini adalah 5.
Sama seperti lab kimia dasar, kamu juga harus mengumpulkan
laporan+tugas pendahuluan yang udah ada di modul.
Bedanya di lab fisika dasar adalah, laporannya full tulis tangan
dan kamu harus bener bener bener bener teliti sama detail kecil seperti
identitas nama aslab, tanggal, judul bahkan mungkin margin! Why? Selamatkan
detail yang kamu anggap remeh tersebut kalau gak mau hasil jerih payah kamu
nyemplung di tong sampah. RIP.
Kalau di lab kimia dasar, gak ada log book guys. Tapi ada alat-alat
lab yang rempong seperti kacamata (khusus lab), sarung tangan lateks, masker,
pipet tetes, tabung reaksi+sikat, korek, de el el. Kesalahan yang akan paling
sering kamu lakukan, tebak apa? Patahnya ujung pipet tetes coy! Itu alat paling
sensitif kayak pantat bayi. Kalo kamu telat nyadar ujungnya udah retak atau
sompel karena patah, bisa bisa kamu dimarahi aslab. Itu pun syukur kalau kamu
habis dimarahi masih bisa masuk.
![]() |
Dokumentasi lab dasar kimia: sistem periodik unsur |
Terakhir, ada lab yang hampir semua orang bilang paling enak di semester 1. Lab biologi dasar, mann. Ukuran buku laporan cuma setengah lembar HVS A4. Formatnya gak ribet, paling yang bikin susah adalah bagian menggambar (bukan menggambar bebas ya, saudara). Gak perlu buat tugas pendahuluan, karna emang gak ada. Ruangan paling dingin karena berAC. Alat serta bahannya juga sebenarnya gak rempong rempong amat. Aslabnya gak macem-macem kayak di lab lain, meski yah.. semua aslab kan juga manusia. You know what I mean.
Kalian udah tau kan pengawas di lab eksak itu umumnya adalah
mahasiswa yang menjadi asisten lab? Atau biasa kami sebut aslab. Cara penilaian
aslab itu beda beda, ini nih yang bikin nilai kamu gak menentu. Ada yang
menilai berapa halaman kamu menulis, ada yang gak mau terlalu panjang, ada yang
maunya gak cuma teori doang tapi ada gambar atau tabel gitu, ada yang nyari
tulisan bagus, serta beragam spesies lainnya. Yang terpenting kamu jangan sok
jago nyari masalah sama aslab, deh.
Hal lainnya yang wajib kamu ketahui untuk semua lab adalah wajib
pake jas lab (btw aku baru tau dari video Gita Savitri kalo di Jerman itu cuma
lab tertentu yang wajib pake jas lab, kacamata serta sarung tangan. Ngikutin
standar lab apa yang dimasuki gitu kayaknya) dan wajib siap untuk respon
(semacam penilaian awal tentang teori yang akan dipraktikumkan, biasanya ada di
modul yang udah dikasih) bahkan ada lab yang juga harus post test (penilaian
setelah praktikum).
Nah, ada satu hal lagi yang paling penting. Kamu kudu wajib datang sebelum waktunya. Kenapa
aku bilangnya wajib datang sebelum? Karena misalnya kamu diberitahu masuk lab
jam 13:45 sewaktu pengenalan lab, artinya jam segitu itu kamu udah di dalam
lab. Bukannya baru sampe, lagi otw, atau parahnya lagi masih di rumah/kosan.
Karena kalau kamu telat, kamu cuma bisa ngandalin kebaikan hati
aslab atau koordinator labnya untuk ngijinin kamu masuk. Resiko lainnya,
dikasih masuk belum tentu laporan kamu diterima. Kandas sudah jerih payah kamu.
Share pengalaman sedikit biar seru, aku pernah telat masuk lab
fisika dasar. Kali itu, aku dan temanku yang namanya Diah, lagi sama-sama di
dorm aku untuk ishoma. Nah, pas pengenalan lab fisdas diberitahu jam masuknya
itu jam 14:10. Sampe aku catat jam masuknya di bagian depan modul supaya gak
lupa. Biasanya Diah suka takut banget kalo telat, jadinya 15 menit sebelum
masuk dia selalu udah sibuk duluan biar otw.
Pas hari lab pertemuan ketiga modul kedua (inget bener saking gak
terlupakan), jadilah kami pergi kayak pertemuan pertama dan kedua. Jam 14:00
udah sampe lab. Baru aja parkir motor di parkiran, temen sekelompok lainnya
yang namanya Yana tau tau nongol dari jendela sambil teriak, “Bel, Diah, cepet
udah masuk nih!”
Diah ni responnya paling cepet, jadi dia langsung lari. And fyi,
lab fisika dasar ada di lantai 2 dan tangganya kecil kecil, curam boo. Begitu
sampe depan pintu, aku sampe gak berkutik karena liat pintunya udah ketutup.
Diah masi datengin pintu karena disitu ada aslab dan beliau bilang kami gak
bisa masuk karena respon udah dimulai.
Padahal seharusnya kami
belum telat. Tapi kalau menuruti aslab, maka merekalah yang benar. Jadi gak seharusnya kami datang lebih telat
daripada mereka. Yah, anggap saja begitu. Laporan kami hari itu jatuh ke tangan
koordinator, dan sepertinya berakhir di tong sampah. Im never know the truth.
Dan akhir cerita aja nih, berhubung kelompokku (Diah, Yana, Una,
aku dan Siti) semuanya pada telat kecuali Yana, kami semua pada ngomel-ngomel
di luar. Kami gak tau ternyata Yana, karena cuma sendiri, dikasih respon untuk
gambar alat yang akan dipake untuk praktikum hari itu. Dan alatnya itu sepanjang
mejanya yang kira-kira 1 meter lebih. Poor Yana, hohohoo
Buat yang masih suka pake jam ngaret alias molor, penting banget
jadi disiplin kalau kamu jadi mahasiswa MIPA. Eh, nggak ding. Seharusnya on
time itu dibudidayakan seluruh manusia dimanapun.
Berikutnya adalah kita bahas tentang kelas biasa atau biasa anak
MIPA juga menyebutnya kelas teori. Gimana sih sistemnya?
Kalau untuk aku sendiri, di website jurusan udah ada kurikulumnya.
Disitu ada SKS wajib yang kamu harus ambil di tiap semester lengkap dengan nama
mata kuliahnya dan mata kuliah pilihan (kalau ada) yang bisa jadi kamu ambil.
Intinya, hidup kamu meskipun nantinya bakalan sibuk tapi udah diatur serapi
mungkin sama si fakultas tercinta.
Terus kalo buat kelasnya sendiri juga, uda diatur sama fakultas.
Tenang aja, KRS itu seperti form yang harus kamu isi untuk bukti bahwa kamu
memang mengambil mata kuliah tersebut. Bahkan di jurusanku, pengisian KRS juga
udah diatur. Misalnya nih, sebagai dampak perubahan kurikulum, jadinya angkatan
15 dan angkatan 16 bakalan dapat mata kuliah yang sama seperti Biokimia. Nah,
jadinya diarahkan buat yang angkatan 16 memilih kelas Biokimia C, biar gak
gabung sama angkatan 15 yang udah duluan ngambil Kimia Organik.
Atau kayak tahun ini nih kami ngambil mata kuliah di kelas A atau
B berdasarkan nim genap ganjil. Gitu gitu deh kalo di jurusan Biologi.
Setahuku teman-teman aku yang di teknik, ekonomi dan lain lain
udah pada mulai beda-beda kelas dan mata kuliah dari semester 1. Seperti yang
udah aku singgung, kami semester 1 malah harus ngambil mata kuliah sama.
Kelasnya ditentuin di fakultas kayak penentuan kelas pas SMA aku dulu.
Umumnya tiap kelas terdiri dari 3 jurusan berbeda misalnya aku dulu
di kelas B4 dari jurusan Biologi, Kimia dan Statistika untuk mata kuliah
Pengantar Kalkulus, Pengantar Biologi, Pengantar TIK dan MKU PKn. Sisa mata
kuliah lainnya aku berada di kelas A4 dengan anak-anak dari jurusan Biologi,
Informatika dan Farmasi. Setiap jurusan biasanya terdiri dari sekitar 10 orang.
Pas semester 2, kamu masih bisa jumpa sama orang-orang tersebut
untuk mata kuliah umum (MKU). Sisanya di mata kuliah penjurusan. Disinilah
akhirnya kamu lihat mata kuliah yang milik jurusan kamu. Jadi kami mulai
misah-misah jalan disini. Serunya adalah, kamu jadi bakal punya banyak kawan
secara alami karena sistem ini.
Dan share pengalaman lagi, aku langsung punya teman yang cocok di
jurusan sendiri karena kami satu dosen wali dan sekelas semua mata kuliah
selama setahunan. Mereka adalah orang-orang yang sudah kusinggung tadi. Una (teman SMA aku yang malah baru deket pas kuliah), Diah, Siti, Yana, plus satu
orang lagi yang belum kusinggung, Yuni. Aku kepengen banget punya postingan
khusus untuk mereka tapi kayaknya aku menunggu ada momen yang lebih banyak lagi
biar seru. Kalo mereka baca ini mungkin mereka bakal bilang, emangnya udah setahun lebih kayak gak cukup
aja deh Bel, wkwk.
Udah sih, itu aja poin penting di MIPA.
Mungkin kalian ingin ada pembahasan lebih spesifik semisal
profesi. Like you knows most people thought that we are whom study at nature
science bakalan jadi guru atau dosen. Istilahnya mereka menyamakan anak-anak
ilmu murni dengan anak pendidikan. Setahuku sekarang ini orang gak bisa lagi
sembarangan jadi guru dengan ngambil akta 4 berhubung katanya udah ditutup.
Terus kalo jadi dosen? Aku pikir semua jurusan juga bisa jadi dosen. Its not
spesific, btw.
Udah biasa kalo orang pas ditanyai,
“Kuliah dimana?”
“Di MIPA”
“Ooh di MIPA, bakalan jadi apa tu jadinya? Guru? Dosen?”
“Hmmmmmm”
Udah biasa. Old stories. Old song.
Gak salah sih kalo mereka gak tau, karena emang yah di Indo itu
ilmu murni masih banyak orang yang mempertanyakan bakal punya profesi seperti
apa. Padahal juga namanya ilmu murni masuk kemana aja juga bebas, we have our
own basic. Nature science. Kalo gak percaya kalian mungkin bisa searching
sendiri kira-kira kami bakal jadi apa aja. Barangkali kalian lebih penasaran. Meski
kalo aku juga ditanyai mau jadi apa juga belum tau. Karna yaah.. aku sekarang
kayak lebih ngikutin dan jalani aja dulu. Oke, kita bahas tentang aku pribadi
lain kali aja. Or maybe not?
Oh ya, aku mau bahas sedikit lagi tentang kenapa anak MIPA lagi
lagi, khususnya, di Unsyiah, punya banyak perbedaan sistemnya sama fakultas
lain. Umumnya adalah ketika orang lain libur, kami nggak.
Sebenarnya kalo cuma masuk kelas teori di tanggal merah, libur itu
masih bisa ditawar-tawar. Samalah kayak fakultas lain. Tapi yang gak bisa
ditawar adalah lab. Mau kena tanggal merah juga harus masuk.
Tapi yah menurut pengamatan aku pribadi, kami ini memanfaatkan
hari seproduktif mungkin. Mostly tanggal merah libur kelas teori, tapi dipake
buat ujian, kuis atau sekedar jam ganti. What the.. awal-awalnya aku rada syok.
Apalagi buat orang-orang kayak Una yang demen banget pulang kampung tiap liat
jeda libur (dan aku serius kalo kubilang dulunya sempat iri, haha). Tapi
ternyata seperti yang pernah kubilang, apalah artinya libur sehari dua hari
kejepit itu dibandingkan kalo kamu bisa nabung biar libur panjang datang lebih
awal? Biar lebih cepet siap aja gitu maksudnya.
Jadi udah gak usah kaget lagi kalo liat anak MIPA masih aja ke kampus
di hari libur. Gak usah heran lagi kalo orang lain ngajakin pergi kami lebih
sering nolak.
Bahkan kalo buat aku dan teman-temanku yang kusebutkan tadi, kalo
ada yang emang libur kejepit satu hari tapi gak dipake kami malah gunain untuk
buat tugas bareng biasanya atau sekedar belajar bareng menjelang ujian. Aku
baru sadar hidup bersama mereka berasa banget mahasiswa sok rajinnya :’)
Oke, cukup sekian gambaran dari kehidupan anak MIPA di Unsyiah
secara umum. Semoga tulisan kali ini berguna untuk orang-orang yang
bertanya-tanya. Soalnya aku lelah banget jelasin satu persatu tiap kali orang
nanya berhubung kami emang punya banyak perbedaan. Dan semoga tidak menyinggung
pihak manapun.
Sampai ketemu di postingan part 2 nya tentang Bio. Jangan lupa
komen kalo ada kritik dan saran ya!
Komentar
Posting Komentar