Review Buku: RINDU by Tere Liye #1
Sebelum kita masuk ke postingan review buku pertama, ada beberapa hal yang kulupakan di postingan coming soon jadi akan langsung kusampaikan disini. Berhubung aku tidak akan mereview secara "baik-baik", aku akan mereview menggunakan bahasaku sendiri tanpa mengurangi apa yang ingin direview, insyaa Allah.
Yaitu tentang kemampuan kecepatan membacaku yang sepertinya melambat seiring dengan sedikitnya waktu yang kumiliki untuk membaca novel. Semuanya bermula sejak kuliah. Semester 1 full aku mengisi hari dengan kuliah kuliah dan kuliah. No novel. No drama (just drama of Korea K2, sorry). Barulah memasuki semester 2 aku kembali membaca. Jelas tidak semudah fokusku seperti dulu karena kesibukan kampus.
Dulu aku bisa menghabiskan novel yang hanya 100 halaman sekian dalam sekali duduk. Lalu novel yang lebih tebal lagi dalam semalam dan novel yang beratus lagi tebalnya seperti Target Terakhir karya Lexie Xu (kurang lebih 500 halaman) dalam 3 atau 4 hari.
Kini, untuk menghabiskan sebuah karya Tere Liye yang tebalnya 544 halaman aku ternyata menghabiskan waktu 6 hari 6 malam. Padahal aku membacanya saat liburan, saat sedang bosan-bosannya. Sama sekali bukan karena jalan ceritanya yang gak menarik. Tapi lebih karena aku yang langsung memilih membaca novel tebal setelah sekian lama tidak membaca. Daripada kepanjangan ngoceh, lebih baik kita mulai segera reviewnya.
Judul : Rindu
Penulis : Tere Liye
Tempat : Jakarta
Penerbit : Republika
Tahun terbit pertama : 2014
Jumlah halaman : 544 halaman
ISBN : 978-602-8997-90-4
Sinopsis di belakang buku:
"Apalah arti memiliki,
ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?
Apalah arti kehilangan,
ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?
Apalah arti cinta,
ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apa pun?
Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja."
Ini adalah kisah tentang masa lalu yang memilukan. Tentang kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi. Tentang kehilangan kekasih hati. Tentang cinta sejati. Tentang kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan.
Selamat membaca.
Beres!
Eh, apanya?
Belum ding.
Oke, first time izinkan aku mengatakan bahwa aku sangat gugup untuk mereview tulisan dari seorang Tere Liye. Kalian pasti sering menemukan orang-orang yang mereview buku doi. Atau sekedar quote-quote motivasi yang orang share di sosmed or anything about doi. Masalahnya, ternyata di sekitarku gak banyak orang yang benar-benar pernah membaca novel Tere Liye. Seperti apa sih cerita karangan doi? Novelnya rata-rata best seller, gak heran. Sama kayak yang sekarang ini nih. Lihat aja di covernya, BUKU ISLAM TERBAIK Kategori Fiksi Dewasa ISLAMIC BOOK AWARD 2015 BEST SELLER. Widiiih
Baru buka di halaman keterangan buku aja aku udah merinding coy. Buku yang ada di tanganku ini udah di cetakan yang ke-25 di tahun 2016 awal yaitu Januari. Konon lagi sekarang udah 2017 mau akhir. Ajegilee bener!
Belum masuk ke jalan cerita novel. Masih liat liat dulu. Kalo kalian syok dengan ketebalan novel ini, tenang cuuy. Kalian itu cuma pembaca, yang paling lama ngabisinnya cuma dalam sebulan dua bulan. Itu juga kalo orang yang emang niat baca. Bukannya orang-orang yang gak hobi baca (kalo gak hobi tapi baca juga novel setebal ini, itu namanya maksa). Kalian bukan si penulis yang ngumpulin ide dari entah kapan, nulis dari kapan dan terbitnya sampai kapan. Kalian tinggal baca.
Mmm, sebenarnya aku cuma mau bilang, kalau novel yang tebal itu biasanya gak mengecewakan. Karena ketebalan novel itu biasanya berarti ada banyak cerita yang harus disampaikan.
Novel ini sendiri bercerita tentang perjalanan haji para muslim di Nusantara oleh sebuah kapal mesin uap bernama Blitar Holland pada tahun 1 Desember 1938. Indonesia masih dikuasai Belanda, tujuh tahun sebelum tahun kemerdekaan dan masih menggunakan nama Hindia-Belanda. Jangan kaget dulu ya kawan.. Ini bukan tentang peperangan kok. Meski awalnya aku juga sempat mengira seperti itu. Hehe
Mengutip isi buku, di zaman itu naik haji merupakan perjalanan panjang yang penuh perjuangan, air mata haru dan air mata keinsyafan. Yaiyalah, belum ada pesawat. Naik kapal sekian lama mengarungi lautan luas untuk mencapai tanah suci.
Cerita ini akan berkisah tentang 5 pertanyaan yang dibawa oleh lima penumpang dalam kapal tersebut. Kisah yang akan menuntun satu sama lainnya untuk saling menguatkan dan memberikan jawaban. Pertanyaan dari siapa dan seperti apa tentu saja kalian harus tetap cari tau sendiri di buku ini.
Latar pertama kali yang terlihat di cerita ini adalah Makassar. Tentu saja di bagian pelabuhan. Rasa rasanya pengin teriak kenceng-kenceng sama Tere Liye, "GUE BARU AJA NONTON VLOG GITA DAN HALAL LIVING GITA HAMIDAH DI MAKASSAR GUYS! KEBAYANG BANGET CERITANYA JADINYA!"
Gak ada maksud apa apa sih, cuma niat pamer aja. Berhubung Gita pernah bilang ada Kerajaan Gowa yang apaa gitu di pelabuhan tempat dia berada. Terhubung banget dengan latar pertama cerita, kalo aku gak salah. Pelabuhan Paotore (soalnya di novel gak disebutin nama pelabuhannya).
Aku bakal mengenalkan beberapa tokoh yang pastinya menarik untuk dikenal. Soalnya novel ini gak memfokuskan sudut pandang dari satu orang tertentu. Melainkan dari banyak orang. Tapi kalian gak akan kehilangan fokus pada cerita. Kenapa? Karena Tere Liye membimbing kita pada satu jalan cerita yang berhubungan namun berpindah pindah sudut pandang. Itu sesuatu yang gak mudah dilakukan si penulis, tapi membuat novel jadi 'kaya'.
Ada Ambo Uleng, si kelasi yang pendiam dan ciri-cirinya kubayangkan mirip seperti bayangan ciri-ciri Bilal bin Rabbah. Tepatnya lebih kepada sifat pemberani yang dimilikinya.
Lalu ada Gurutta (kalo gak salah ini bahasa Belanda artinya guru besar), yang merupakan ulama mashyur di zamannya. Beliau pernah belajar menuntut ilmu di banyak tempat. Termasuk Banda Aceh. Uhuy seneng banget tau denger kota besar di provinsi sendiri disebut-sebut. Ulama besar ini benar-benar menarik. Seperti ulama kebanyakan, mengutip isi buku, beliau diam dan heningnya pun bermanfaat. Tidak ke mana-mana pun ilmunya tetap merantau jauh sekali.
Terakhir, tokoh yang paling menarik perhatian terlebih dari namanya. Anna dan Elsa. Yep! Tokoh Frozen. Tapi tenang guys, Anna disini gak sedang mencari her true love. Elsa disini juga gak menciptakan es. Mereka hanya kakak beradik yang sedang ikut kedua orang tuanya untuk melakukan perjalanan haji. Kalian harus tau bahwa nama panjang dari kedua tokoh ini sangat bagus. Gak sekedar asal comot (kalau pun memang diambil dari Frozen). Ohya, tokoh Anna di sepanjang cerita ini menggemaskan banget lho!
Kalian harus terus ngikutin buku ini biar tau ada banyak tokoh-tokoh spesial lainnya yang tentu saja tidak kusebutkan tapi sangat berperan dalam cerita.
Kalian harus terus ngikutin buku ini biar tau ada banyak tokoh-tokoh spesial lainnya yang tentu saja tidak kusebutkan tapi sangat berperan dalam cerita.
Sejujurnya aku belum pernah naik kapal. Melihatnya sendiri aja belum pernah yang benar-benar kapal angkutan. Apalagi yang sebesar Blitar Holland, jadi normalnya aku akan kesulitan membayangkan ceritanya. Tapi cara menceritakan bagian-bagian kapalnya itu loh detail banget dan membuat pembaca yang amatir kayak aku ini jadi bisa bayangin gimana bentuk kapal. Seperti apa di dalamnya. Seperti apa dek kapalnya, seperti apa kabin kapal, seperti apa kantin kapal dan lain-lain.
Terus juga nih, buat aku yang gak suka sama pelajaran sejarah rasa rasanya seru banget mempelajari sejarah dengan cerita-cerita semacam ini. Setidaknya tempat-tempat masa lalu yang ada di buku buku sejarah ada disebutkan dan kepala kita (kalau kamu sempat mendengarkan guru sejarahmu) bakal flashback otomatis ke pelajaran sejarahnya.
Dan meski latarnya sangat lama, ceritanya gak lantas jadi jadul gitu. Nilai nilai Islam yang bisa diambil dapet, seru jalan ceritanya dapat, motivasinya dapat.
Yah meski sejujurnya aku tetap saja lumayan syok karena ketebalan bukunya dan jalan cerita awalnya itu aku gak dapat gambaran. Karena aku memang sama sekali gak bertanya sama orang yang udah pernah baca ataupun mencari review di internet. Jadilah aku menebak-nebak sendiri. Tapi secara gak sadar, rasa penasaran itu berlanjut terus sampailah sekitar 200 halaman membaca, aku berhasil mendapatkan alasan untuk terus lanjut membaca. Kenapa? Karena disitu kalian bakal mulai mendapat pertanyaan pertama, teruuss lanjut sampai pertanyaan terakhir.
Dan jangan salah, puncak klimaksnya justru terjadi di bagian hampir akhir banget (mengingat tipisnya halaman di tangan kananku). Di bagian akhir itu aku kebat kebit sendiri kayak lagi nonton film. Seru banget pokoknya guys!
Aku udah berapa kali sih bilang ini buku "Keren", "Seru"? Oke kalo gitu sebagai penutup aku cuma akan bilang, buku ini sangat worth it untuk dibaca. Soalnya berbeda dari novel-novel yang lebih ke romance, buku ini lebih ke tentang makna kehidupan. Tapi buat orang-orang yang kepingin bagian romance, disini ada juga kok. Bedanya romance di zaman sekarang kan beda banget kayak yang ada di zaman dahulu, otomatis buat aku yang seorang muslim aku amat sangat menyukai romance di buku ini. Kalian gak cuma dapat nasihat kehidupan, nasihat tentang mencintai makhluk Allah pun diajarkan.
Ada beberapa kutipan yang ingin kubagikan biar kalian makin penasaran sama buku ini. Semoga kalian suka. Dan semoga kalian dapat menikmati sendiri buku ini. Happy reading!
Kitalah yang tahu persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan. Karena sebenarnya yang tahu persis apakah kita bahagia atau tidak, tulus atau tidak, hanya diri kita sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi manusia sedunia. Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kita sendiri.
Keadilan Allah selalu mengambil bentuk terbaiknya, yang kita tidak selalu paham.
..Saat kita memutuskan memaafkan seseorang, itu bukan persoalan apakah orang itu salah, dan kita benar. Apakah orang itu memang jahat atau aniaya. Bukan! Kita memutuskan memaafkan seseorang karena kita berhak atas kedamaian di dalam hati. Sungguh kita berhak atas kedamaian di dalam hati.
..kisah-kisah cinta di dalam buku itu, di dongeng-dongeng cinta, atau hikayat orang tua, itu semua ada penulisnya. Tapi kisah cinta kau, siapa penulisnya? Allah. Penulisnya adalah pemilik cerita paling sempurna di muka bumi. Tidakkah sedikit saja kau mau meyakini bahwa kisah kau pastilah yang terbaik yang dituliskan.
Dengan menyakini itu, maka tidak mengapa kalau kau kecewa, atau menangis tergugu karena harapan, keinginan memiliki, tapi jangan berlebihan. Jangan merusak diri sendiri. Selalu pahami, cinta yang baik selalu mengajari kau agar menjaga diri. Tidak melanggar batas, tidak melewati kaidah agama. Karena esok lusa, ada orang yang mengaku cinta, tapi dia melakukan begitu banyak maksiat, menginjak-injak semua peraturan dalam agama, menodai cinta itu sendiri.
Terima kasih kuucapkan kepada Tere Liye, atas buku yang bermanfaat dan sangat menarik :)
Komentar
Posting Komentar