MIPSTERS: Like Hipster, But Muslim

Assalamualaikum.

Kali ini saya akan membahas sedikit tentang Mipster. Ini pertama kalinya saya dengar istilah ini dan sedikit tau tentangnya. Tapi jujur hal-hal seperti ini selalu menarik buat saya. Entah saya saja yang baru menyadari keberadaan mipster mipster ini, ataukah memang keberadaannya belum terlalu dibicarakan? Entahlah. Yang jelas saya baru saja menonton "Berita Islami Masa Kini" tadi siang dan bahasannya adalah tentang artikel Mipster ini. Mari baca dulu pengantarnya.


Pernah dengar istilah mispter? Mipster adalah akronim dari muslim hipster. Artinya kurang lebih adalah umat muslim yang hipster.

Istilah mipster dipopulerkan oleh Abbas Rattani, pemuda muslim asal Amerika pada 2013. Ia berusaha menyelaraskan Islam dengan gaya hidup kaum urban secara positif.
Mipster yang bermula dari mailing list ini sekaligus merupakan gerakan menentang stereotip pada umat muslim di Amerika.

Mengacu pada kamus Merriam Webster, hipster diartikan sebagai orang yang menyukai atau tertarik pada hal-hal baru yang tidak biasa.
Pada tahun 1940-an, istilah hipster digunakan untuk menggambarkan penggemar jazz yang tertarik pada mode, orang-orang yang gemar bergaul dan bersiap santai.
Penulis Matt Granfield menjelaskan definisi hipster pada tahun 2010-an adalah mereka yang menggunakan sepeda fixed gear, gemar merajut, dan menjadi vegan.
Hipster kurang lebih adalah anak-anak muda dari lingkungan kelas menengah, dengan selera yang berlawanan dengan arus utama. Mereka bukan pengikut tren, tapi pencipta tren. Selera yang dimaksud bisa termasuk mode, musik dan gaya hidup.

Tahun 2013 lalu, Rattani dan kelompok Mipsterz membuat foto dan video yang menggambarkan kehidupan para mipster. Di dalam video tersebut, kita bisa melihat perempuan berhijab bermain papan luncur, berjalan-jalan dengan latar belakang perkotaan, berfoto, menari, bermain anggar, dan bersenang-senang dengan berbagai busana sesuai karakter masing-masing.
MIPSTER // source: google.com


Video tersebut menjadi viral dan memancing komentar. Ada yang mendukung dan menyukai video ini karena memberi gambaran tentang sosok perempuan Muslim yang sopan, bergaya, dan tampil percaya diri.
Namun, ada juga yang sinis. Para mipster dianggap sekedar pamer gaya. Kecaman juga datang untuk video ini karena beberapa perempuan di dalamnya tak mengenakan hijab sesuai syariat islam.

Terlepas dari semua itu, menurut Mipsterz, video ini dibuat untuk memberikan makna yang lebih luas tentang bagaimana rasanya menjadi seorang Muslim berkebangsaan Amerika.
Nyatanya, perempuan muslim tak selalu identik dengan hal-hal yang ketinggalan zaman, sungkan untuk bersuara, namun juga bisa tampil percaya diri.


Sebenarnya agak riskan untuk membahas segala hal yang berhubungan dengan pendapat pribadi tentang Islam. Islam is simple. Human is complicated. Jadi saya harap, setelah kalian membaca artikel ini, kalian tidak langsung menerima ataupun menjudge saya mentah mentah.

Hal yang pertama yang saya komentari ketika saya menonton berita tentang ini adalah: so cool!

Menurut saya, jika zaman sekarang ada yang memilih untuk lebih banyak berdiam diri di rumah, namun yang dilakukannya pun hanyalah memegang gadget, bermain sosmed, mendengarkan lagu, menonton, or something else, lebih baik jika kamu keluar dan mencari hal-hal baru buat dilakukan. Di era modern ini, kita tidak harus hidup terkungkung dengan rutinitas yang itu itu saja. Keluarlah dan lihatlah dunia sekitar. Lihat dan pikirkan bagaimana cara ala kita untuk terus berdakwah dan memotivasi orang lain agar hidup tidak ketinggalan zaman tapi tetap mengikuti syariat agama kita.

Social media yang banyak membuat saya terinspirasi adalah Instagram. Disana saya melihat bahwa, tidak hanya orang-orang yang melepas jilbab ataupun berpakaian tidak sesuai syariat yang ada disana (no comment for the rules, because different people will give argument). Bahkan mereka yang menggunakan cadar pun hadir dan tetap up to date. Mereka pergi ke cafe cafe (hal yang sebelumnya saya pikir tidak akan bisa mereka lakukan) dan foto foto disana layaknya remaja gaul lainnya. Bahkan acara pernikahan mereka pun (untuk saya yang belum berpikir untuk segera menikah) iri! Bagaimana tidak? Mereka tetap berkomitmen dengan pakaian mereka bahkan sampai pernikahan. Kemudian mereka tetap memberikan motivasi motivasi bagi mereka yang masih belum tau arah, yang masih mencari-cari, pokoknya untuk mereka yang ingin hijrah.
Mereka tetap memiliki banyak sosial media dan menggunakannya dengan baik dan bijak. Contohnya AskFm untuk mereka yang ingin bertanya, Twitter untuk quote-quote, dsb.
sumber: ig @bella_esir

sumber: ig @bella_esir


Kita harus mengakui bahwa zaman sekarang untuk menyebarkan dakwah semakin banyak tantangannya. Boro-boro berdakwah, mau berpenampilan syar’i pun banyak tantangannya, terutama dan terkhususnya bagi perempuan! Sulit, bukan berarti mustahil. Kitalah yang dituntut pandai mencari cara agar tetap "terlihat" oleh zaman.

Oke balik lagi ke topik, saya udah OOT banget kayaknya saking semangatnya. Buat Mipster ini sendiri, saya juga gak bisa komentar banyak. Karena, hidup di Amerika dan Indonesia itu beda. Di Indonesia, kalo kamu datang ke provinsi saya (terutama) dengan lepas hijab aja, itu udah jadi pusat perhatian. Maksudnya? Di sini berpakaian sesuai syariat itu udah kayak adat, keharusan. Sedangkan di Amerika, orang-orang serasa waspada ngeliatin orang-orang berhijab.

Pernah nonton Bulan Terbelah di Langit Amerika? Saya penggemar berat film 99 Cahaya di Langit Eropa, karena itu, film BTLA ini menjadi film wajib yang saya tonton setelahnya. Dari film-film itu saya sadar, bahwa memakai hijab di negara-negara yang bukan mayoritas muslim itu 'berat'. Dan itu bukan sekedar settingan karena Acha Setriapsa selaku pemainnya merasakannya ketika proses syuting. Tatapan orang ke kita itu jadi tajam. Jadi.. gak tau lah karena belum pernah ngerasain *hehe*

Jadi menurut saya, justru di negara-negara seperti itulah kita harus menampakkan sisi “Kasih Sayang Islam” dan “Toleransi” dengan lebih 'transparan'. Dengan begitu, kita dapat mematahkan anggapan bahwa muslim itu teroris, atau semacamnya. Muslim juga bisa hidup dan punya hak untuk hidup sebagaimana orang-orang non-muslim lainnya hidup di negara-negara tersebut.

Bukan Islam yang memancing kerusuhan dan perang. Tapi orangnya. Islam itu sempurna. Tapi manusia tidak pernah sempurna. Karena itu Al-Quran dan Hadits ada untuk menjadi tuntunan hidup. Jadi kalau mau tau bagaimana syariat berpakaian yang benar? Atau syariat syariat lainnya? Silahkan membaca Al-Quran dan pelajari Hadits.

Gaya hidup orang yang kita lihat pun tidak selalu benar. Karena hanya kita dan Allah yang tau seberapa banyak kita telah beramal semasa hidup. Apakah kita telah mengikuti aturanNya dengan baik atau tidak. Karena itu kita dituntut untuk terus memperbaiki diri dan beramal selama masih hidup.

Ingatlah bahwa saya juga manusia yang sering berbuat kesalahan. Jauh dari kata sempurna. Sehingga pendapat saya bukanlah kebenaran, melainkan hanya anggapan.

Sekian! Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku: RINDU by Tere Liye #1

Ngomong Sendiri

'Scientist to be' Talking About Islam